Waste4Change, platform pengelolaan sampah berhasil raih pendanaan dari Venture Capital senilai US$ 5 Juta (sekitar Rp 76,8 miliar) dalam putaran Seri A yang dipimpin oleh AC Vetures dan Barito Mitra Investama –yang didalamnya adala Basra Corporation, Paloma Capital, Delapan Satu Investama, Living Lab Ventures, hingga Urban Gateway Fund.
Watse4Change
atau PT Waste4Change Alam Indonesia merupakan perusahaan pengelolaan sampah
yang beridri sejak 2014 di Bekasi, Jawa Barat. Waste4Change menyediakan inovasi
berupa solusi terhdap pengelolaan sampah dari hulu ke hilir yang terdiri dari
empat lini, yakni: konsultan, riset, capacity building, edukasi dan
pendampingan collect: pengangkutan dan pengelolaahan sampah harian untuk nol
sampah ke TPA create. Saat ini Waste4Change berhasil mengelola sampah 5.400 ton
sampah dan mengurangi 52% sampah yang berakhir di TPA.
Modal awal
tersebut akan digunakan untuk memperkuat kemitraan dengan pelaku sampah
informal, seperti: pemulung bank sampah, kios sampah, pengumpul sampah.
Waste4change juga akan mengintegrasikan lebih banyak teknologi dalam proses
pemantauan pengelolaan limbah, serta otomatisasi fasilitas pemulihan material.
”Untuk Waste4Change sendiri saya bangun dengan tujuan untuk menyelesaikan permasalahan sampah secara bertanggung jawab dengan prinsip circular economy dan zero waste,” Seno, CEO Waste4Change
Perusahaan
berharap dapat meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah hingga 100 ton per
hari dalam 18 bulan kedepan, kemudian menjadi 2.000 ton per hari di lima tahun
mendatang.
Startup
yang didirikan oleh Mohamad Bijaksana Junerosano ini merupakan salah satu green
startup di tanah air. Sano telah lama menggeluti dunia persampahan. Diawali
dengan keresahannya tentang problem lingkungan sejak Sekolah Menengah Atas, ia
memantapkan untuk terjun di bidang lingkungan.
Setelah SMA
ia melanjutkan kuliah jurusan Teknik Lingkungan di ITB. Di sana ia menginisiasi
pembentukan organisasi peduli sampah. Pada tahun 2005 ia mendirikan
Greeneration Indonesia yang menginisiasi gerakan Kebunku (Kertas Bekas Hijaukan
Bangsaku).
Gerakan ini
berupaya mengumpulkan kertas bekas yang digunakan untuk membeli bibit tanaman
guna menghijaukan kawasan Kiara Condong, Bandung dan berhasil mengumpulkan 350
bibit tanaman. Tidak cukup di situ, Sano mendirikan U-Green ITB, sebuah
kelompok mahasiswa peduli lingkungan.